Manusia Dan Keadilan
Keadilan Sosial Dengan Pandangan Dunia Ilahiah
Sekarang ini, banyak slogan yang begitu memikat yang
bergaung di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Namun, apabila slogan-slogan
tersebut tidak ditopang oleh suatu prinsip yang kokoh, maka semua itu tak lebih
dari "sebuah bentuk tanpa isi".
Ungkapan
"keadilan sosial" adalah salah satunya. Kita menyaksikan bahwasannya
hampir seluruh rezim yang berkuasa di dunia ini senantiasa menggembar-gemborkan
slogan tersebut, seraya menyatakan dirinya sebagai pedukung keadilan sosial.
Namun,
kita juga sering menjumpai kenyataan bahwa tak satupun dari rezim-rezim
tersebut yang benar-benar menjalankan keadilan. Sebabnya, slogan-slogan
tersebut tidak memiliki akar yang kokoh sehingga lebih bersifat retorik belaka.
Dalam
Islam, problem persamaan dan penyamarataan memiliki akar yang cukup mendalam:
1. Seluruh keberadaan di jagat alam ini berada di bawah
pengawasan Tuhan Yang Mahabijaksana, yang tidak mengandungi kerancuan dan
kekacauan. Dengan begitu, saya yang merupakan salah satu bagian alam ini, dapat
melakukan berbagai kegiatan dengan sesuka hati, namun tetap tidak terlepas dari
ketentuan dan sistem yang berlaku.
2. Seluruh perbuatan, ucapan, dan bahkan pemikiran kita
berada di bawah pengawasan-Nya. Dalam hal ini, Tuhan senantiasa memperhatikan
diri kita. Kelak, semua perbuatan kita akan diadili di hadapan mahkamah-Nya
yang adil.
3. Kita semua berasal dari tanah, dan akhirnya akan
kembali ke tanah. Di antara butiran-butiran tanah, tidak terdapat perbedaan
apapun. Kalau memang demikian, lantas mengapa saya menjadi berbeda (lebih
istimewa) dari yang lain?
4. Segenap manusia merupakan hamba-hamba Allah, dan
bersahabat dengan mereka merupakan sesuatu yang diridhai-Nya. Sebaik-baiknya
manusia adalah yang paling menggemari kebaikan.
5. Seluruh keberadaan di jagat alam ini tidak dapat
melampaui batasan, ketentuan, serta hak yang telah ditetapkan sang Pencipta.
6. Ayah dan ibu kita semua adalah sama (Nabi Adam dan Sm
Hawa).
Penafsiran
serta pemahaman terhadap eksistensi alam dan manusia semacam inilah yang
dilandasi "Pandangan Dunia Ilahiah".
Semua
itu merupakan sarana yang paling kondusif dalam penciptaan keadilan. Dan faktor
yang sanggup merusak dan memporakporandakan sarana tersebut tak lain dari
segenap tuntutan hawa nafsu.
referensi:
http://www.al-shia.org/html/id/books/mencari-Tuhan/04.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar